Dalam kehidupan berumah tangga, Broken home sering digunakan sebagai kata yang menunjukan adanya perceraian yang terjadi dari pihak orangtua. Seperti badan yang telah kehilangan jantungnya, perceraian membuat bangunan rumah itu rubuh, sehingga bagi anak dengan orangtua yang telah memiliki keluarga baru akan kesulitan merasakan kenyamanan dan kehangatan dari kedua orangtuanya yang dulu dan harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang dihadapi.
Namun begitu, kata broken home sebenarnya lebih luas
dan dapat dipakai untuk menggambarkan suatu kondisi dimana rumah tangga tidak
mengalami perpecahan atau penceraian namun mengalami kerusakan di dalamnya.
Seperti badan yang mengalami kerusakan jantung, bangunan
rumah tangga masih berdiri namun dengan berbagai penyakit yang menggerogoti
berbagai sudutnya. Aliran kehangatan, kenyamanan dan rasa aman yang harus dimilikinya
telah melemah atau rusak.
Beberapa hal yang dapat diperhatikan dari rumah tangga yang
masih bertahan namun mengalami broken home anatara lain tidak adanya
rasa aman, kehangatan dan kenyamanan yang diberikan. Sebaliknya setiap harinya
dipenuhi dengan pertentangan orangtua yang menyiksa fisik dan mental anak maupun
sosok ibu dan ayahnya.
Kekerasan dalam rumah tangga menjadi satu contoh yang
menggambarkan broken home jenis ini. Malah lebih lanjut, kekerasan dalam
rumah tangga yang paling ekstrem dapat mengarah pada kekerarasan paling fatal
yang sampai menghilangkan nyawa anggota kelaurga, hal ini disebut dengan Familicide.
Familicide
Familicide merupakan pembunuhan seluruh anggota keluarga oleh salah satu angota
keluarga itu sendiri yang kadang disusul dengan aksi bunuh diri tersangka.
Di indonesia sendiri fenomena ini kerap terjadi, meliputi
seorang ayah yang membunuh istri dan anak-anaknya, kemudian kasus terbaru dan
terheboh terjadi di tahun 2022 ini. Dimana seorang ibu asal Desa Tonjong,
Kecamatan Tonjong, Brebes, tega melakukan tindakan nekat sampai membunuh anak
keduanya yang masih berumur 6 tahun.
Sementara, kasus lain biasanya dipenuhi dengan sosok suami
yang membunuh istrinya sendiri. Namun begitu, setiap anggota keluarga bisa saja
menjadi pelaku/korban dari Familicide, Kriminolog sendiri telah membagi
kasus familicide ke dalam beberapa istilah,
- Matricide, yaitu pembunuhan seorang ibu
- Patricide, yaitu pembunuhan seorang ayah
- Siblicide, yaitu pembunuhan saudara kandung
- Fratricide, yaitu pembunuhan saudara laki-laki
- Sororisida, yaitu pembunuhan saudara perempuan
- Filisida, yaitu pembunuhan anak
- Uxoricide, yaitu pembunuhan seorang istri dan
- Parricide, yaitu pembunuhan orang tua
Studi mengenai Familicide
Penelitian yang dilakukan dari tahun 1980 sampai tahun 2012
lalu menemukan bahwa dari 79 kasus familicide, 59 diantara dilakukan
oleh laki-laki dengan rentang umur 30-40 tahun. Metode yang dilakukan dalam
upaya pembunuhan pun beraneka ragam, namun secara garis besar 32% kasus
biasanya pembunuhan dilakukan dengan menggunakan senjata tajam, dan 13% diikuti
dengan menggunakan racun karbon monoxida.
Penyebab
Dari beberapa alasan yang dapat menjadi penyebab mengapa
seseorang melakukan familicide, tantangan ekonomi, menjadi salah satu
yang mendasari ini. Kekhawatiran akan ekonomi dan keadaan ekonomi yang sulit
jadi alasan.
Selain itu, kultrul atau budaya juga mengambil peran penting
akan sebab seseorang melakukan familicide. Seperti yang terjadi pada
kasus Aneesa Abbas (24) dan Arooj Abbas (21), dua saudara asal Pakistan yang
menjadi korban pembunuhan suaminya sendiri. Familicide di paskistan
sedniri sering disebut dengan “honour killing”, dimana sang suami membunuh
istrinya demi menjaga nama baik dan martabat. Perbuatan ini memang telah
menjadi budaya terlarang yang masih dilakukan meskipun hukum tentang budaya ini
telah dipertegas.
Peran Dominasi/Gender menjadi hal paling central
disini, dimana laki-laki dianggap mempunyai dominasi lebih tinggi daripada
perempuan, sehingga apabila perempuan melakukan kesalahan maka dapat menjadi
kehormataan untuk suaminya melakukan killing honour tersebut.
Selain itu, rasa cemburu juga menjadi hal yang menjadi salah
satu alasan pelaku. Seperti kasus yang tejadi pada Manrique yang memiliki sikap
"posesif" terhadap istrinya ia juga berada dalam tekanan keuangan. Ketika
menyadari bahwa istrinya akan meninggalkannya ia pun mulai menyusun rencana
sampai membunuh istri dan anak-anaknya.
Selain itu, mental illness juga menjadi salah satu
penyebab paling central dari fenomena familicite ini.
References :
Definitions.net. Definitions for familicide. Diakses pada
30-06-2022. https://www.definitions.net/definition/familicide
Hariane.com. Viral Seorang Ibu Bunuh Anaknya Sendiri, Ini Dia
Fakta Tentang Familicide Yang Harus Kamu Ketahui!. (21 Maret 2022). Diakses pada
30-06-2022). https://hariane.com/seorang-ibu-bunuh-anaknya-sendiri-fakta-familicide/
Crime Traveller. Family Annihilation: the crimes and psychology
of familicide. (19 juni 2022) diakses pada 30-06-2022. https://www.crimetraveller.org/2019/05/family-annihilation-crimes-psychology-familicide/
The Guardian. Sisters allegedly murdered by husbands in
Pakistan ‘honour’ killing. (24 May 2022). Diakses pada 30-06-2022. https://www.theguardian.com/global-development/2022/may/24/sisters-allegedly-murdered-by-husbands-in-pakistan-honour-killing#:~:text=Hundreds%20of%20women%20are%20murdered,the%20country's%20deeply%20patriarchal%20society.
1 Komentar
Ternyara memang ada penjelasannya. Broken home memang ga melulu soal perceraian ya, Kak. Kadang pertikaian yang enggak udah-udah di dalam sebuah rumah itu sama sakitnya. Mau dilepas tapi keluarga mesti dipertahankan, kadang-kadang egonya masih pada tinggi.
BalasHapusTapi aku baru tau ternyata pembunuhan dalam keluarga ada istilah dan pembelajarannya. Membamgun rumah tangga ternyata lebih sulit. Semoga nanti jeluargaku aman dari segala hal burukk.