Why do bad things happen to good people?
Topik ini merupakan topik yang
sering dibahas, banyak orang merasa bahwa dirinya telah berusaha menjadi orang
baik namun justru mendapatkan hal buruk dan tidak menyenangkan, bahkan mungkin
kita atau kamu sendiri pernah mengalami bagaimana kita berusaha untuk menampilkan
yang terbaik kepada semua orang namun mendapatkan balasan yang tidak
menyenangkan. Pertanyaan “kenapa hal buruk terjadi kepada orang baik” merupakan
pertanyaan yang hanya beberapa orang berhasil mencari jawabannya secara serius.
Sisanya terombang ambing dengan pepatah turun termurun “jangan terlalu baik jadi
orang”.
Pepatah tersebut dapat menjadi sebuah pembelajaran bagi sebagian orang untuk berhati-hati dan tidak bertindak naif, dalam artian menolong oranglain karena ia mempunyai keberanian, ketulusan dan pengetahuan karena ketika kita menolong seseorang tidak ada jaminan orang tersebut akan menolong kita kembali. Salah satu golden word dari Jordan Peterson seorang ahli psikologi klinis yang pernah saya dengar adalah “naif bukanlah kebaikan, naif adalah kebodohan. Ketika kamu naif kamu akan mengundang hal-hal mengerikan dan memerlukan waku sangat panjang untuk sembuh kembali. Orang naif mempercayai seseorang karena ia berpikir orang lain sebaik dirinya, sedang orang kritis mempercayai oranglain karena ia punya keberanian. Keberanian untuk mempercayai, keberanian untuk mengambil konsekuensi dari memberikan sebuah kepercayaan dan kemudian mempuyai keberanian untuk sembuh kembali”.
Tapi sebagian lain malah mengambil pepatah tersebut secara dangkal dengan memaknai pepatah tersebut sebagai larangan untuk bersikap baik, sebagaimana ia beranggapan bahwa orang baik itu hanya akan mendapatkan kemalangan di sepanjang hidupnya. Sehingga lambat laun karena tidak menemukan jawaban yang masuk akal dari pertanyaan “why do bad things happen to good people” ia mulai menjauh dari tuhannya dan mengikuti egonya.
We are
just human
Kita adalah manusia dengan berbagai kekurangan dan keterbatasannya. Barangkali kita terlalu sibuk dan terlalu menjiwai dunia, sehingga “hal buruk” yang selalu kita proteskan adalah hal-hal yang berbau keduniaan. Ada sebuah cerita tentang seseorang yang senang dan selalu membantu temannya sekemampuannya, membantu mengerjakan tugas temannya apabila ada yang tidak dimengerti, menyemangati dan menjaadi teman curhat teman-temannya untuk sama-sama berjuang dapat lulus tepat waktu. Seiring waktu berjalan teman-temannya telah lulus tepat waktu dan tersisalah dirinya yang masih berkecimpung mengerjakan skripsi yang tidak ada habisnya direvisi mengikuti kemauan dosen pembimbingnya. Merasakan adanya ketidak adilan kemudian di dalam do’anya ia memprotes.
“Yaa Tuhanku, bukankah aku telah berbuat baik menolong saudara-saudarakau. Engkau sendiri menjelaskan bahwa menolong sesama saudara adalah sama dengan menolong diri sendiri. Aku telah menolong mereka semampuku tetapi kenapa engkau melakukan ini padaku?”
Dan karena ia hanya manusia dengan banyak keterbatasan, pertanyaan itu hanya bisa cari jawabannya dalam diam. Ia tidak pernah berpikir akan menjadi mahasiswa abadi dengan sikap optimistiknya dahulu, ia tidak tahu masa depan. Ia hanyalah manusia.
God Knows
Better
Hehe, untuk pembahasan pokok/intinya
akan saya posting esok hari. Mengingat otak saya tidak brilian dalam mencari
topik untuk menulis maka untuk menyelamatkan diri sendiri, saya putuskan untuk
menjadikan topik ini sebagai opini bersambung.
4 Komentar
Hehe bagus kak jadi opini bersambung.. Diwaiit nih...
BalasHapusOpini yang menarik, Kakk. Tapi kalau aku lebih ke kebaikan itu butuh jiwa besar dan ketulusan, sehingga tidak mempermasalahkan hasil yang akan didapat. Jadi, untuk menjadi orang baik itu enggak semudah itu juga ternyata. Jadi penasaran sama opini selanjutnyaa, xixi.
BalasHapusPendapat aku, selain memang Qadarullah, ada hikmah yang ingin Allah azza wa jalla ajarkan ke kita. Ya ga si ka..
BalasHapusAda juga kalimat yang sering diucapkan orang-orang seperti "orang baik umurnya pendek" atau ketika ada orang baik yang meninggal, ada yang berkata "Tuhan lebih sayang kepadanya". Bagaimana pendapat Kakak mengenai hal tersebut?
BalasHapus