Ini adalah
tulisan pertama saya dan saya sangat kebingungan dengan tema apa yang akan saya
tulis. Setelah menatap layar laptop lama sampai ketiduran dan bangun kembali
dan bingung lagi akhirnya saya memutuskan untuk menulis mengenai topik yang
akhir-akhir ini sering saya baca di internet, hal itu didasari oleh banyaknya
teman-teman saya yang bercerita tetang topik itu dan feeds sosial media yang akhir-akhir
ini sering saya jumpai.
Kesehatan mental
Meskipun topik ini sudah sangat ramai dibahas di berbagai flatform sosial media namun ternyata masih banyak di sekeliling saya yang tidak mengerti dan juga masih megenggap remeh kesehatan mental. Oleh karena itu saya pikir tulisan ini sedikitnya bisa membuka persepsi mereka tentang kesehatan mental.
Jadi apa sih
kesehatan mental? Menurut WHO sendiri, kesehatan mental merupakan kondisi
sejahtera seseorang, sejahtera disana dapat terlihat dari kemampuan seseorang mengetahui
kemampuan dirinya, mampu mengelola stress dan menyelesaikan permasalahan baik
itu permasalahan yang bersifat internal ataupun eksternal.
Kesehatan
mental dalam pandangan Islam
Dalam kehidupan
sehari-hari masih banyak sekali orang-orang
yang menganggap bahwa urusan mental itu sangat bergantung pada sisi
spiritualitass kita. Pokoknya kesehatan mental seseorang itu tergantung iman
dia terhadap sang Pencipta. Judgment seperti itu kadang terasa menjengkelkan
untuk mereka yang struggling, seolah jika mereka sedang dalam masa-masa yang
berat maka mereka tidak boleh berekspresi karena image orang yang sedang
dalam keadaan tidak sejahtera selalu mendapatkan label “dalam keadaan jauh dari
Alloh SWT.”
Tapi apakah
sedangkal itu Islam mengajarkan kita dalam memandang kesehatan mental? Tidakk loh..
Nyatanya, kesehatan mental sudah dibahas dari dahulu kala, dan bahkan diajarkan
langsung oleh Rosululloh SAW.
Pembelajaran dari Rosul
Rosul
merupakan pribadi yang sempurna, berakhlaq mulia dan juga merupakan insan yang paling
dekat dengan Alloh SWT. Kok bisa sih manusia paling mulia tersebut mengalami masa-masa
dimana kesedihan yang berat sampai mengancam kesehatan mental?
Beliau merupakan
pribadi yang paling sabar, namun ada suatu ketika beliau merasakan kesedihan
terrberat dalam hidupnya. Betul, saat itu adalah tahun kesedihan bagi beliau
dimana beliau kehilangan istri dan juga pamannya yang tercinta serta juga pada
tahun tersebut terjadi kejadian-kejadian berat dalam perjuangannya menyebarkan
agama islam.
Saking sedihnya
beliau, sampai-sampai Alloh SWT, turun tangan dalam mengatasi kesedihan beliau.
Dan setalah itu terjadilah kejadian Istr’a Miraj sebagai hadiah agar Nabi tidak
belanjut dalam kesedian yang mendalam.
Pelajaran yang dapat kita ambil.
Jadi pembelajarannya
adalah Semua manusia akan diuji sesuai kemampuan masing-masing, bahkan smpai orang
paling sabar di dunia pun mengalami masa-masa yang sangat sulit untuk menerima telah
kehilangan orang tercinta. Jadi merasa sedih, kecewa, marah merupakan emosi
yang wajar ketika ketika berada dalam ujian, namun Rosul mengajarkan kita untuk
tidak berlarut-larut dalam kesedihan.
Dari peristiwa
Istr’a Miraz tersebut dapat kita ambil pelajaran bahwa: benar, agama itu merupakan penolong untuk kita
namun bukan berarti orang yang sedang dalam keadaan susah merupakan orang yang
kurang iman, Alloh menjadikan sholat sebagai obat untuk kita menghibur diri
dengan mengubungkan diri dengan Alloh SWT. Dalam suatu keterangan juga
dikatakan bahwa Rosul Saw dalam waktu paginya sering berdoa “Ya Alloh aku
berlindung kepada-Mu dari rasa gelisah dan sedih, …” merupakan salah satu do’a
agar kita terhindar dari gangguan kesehatan mental.
Luka psikologis hanya bisa disembuhkan dengan spiritualitas?
Teman saya
pernah bercerita tentang kondisinya yang merasa tidak mampu bergaul dan
bersosialisasi di kehidupan kampus dan pekerjaannya. Salah satu temannya dengan
percaya diri mengatakan bahwa teman saya itu kurang dekat dengan Alloh SWT,
karena orang yang dekat dengan Alloh SWT, pasi dapat bersosialisasi dengan
baik. Pendapat tersebut selain melukai teman saya juga secara tidak langsung
melukai saya yang mengetahui dengan baik akhlaq teman saya tersebut, ia tidak
pernah melewatkan sholat, puasa, sering bersedekah, taat paa orangtua, berperilaku
sopan dan baik. Pernah suatu ketika ia bercerita bahwa seluruh teman kantornya
tidak berpuasa dan makan dengan sengaja di depan dirinya yang sedang manahan
lapar karena bekerja mengantar barang semalaman dan tidak keburu sahur, pernah
ia bercerita ketika ia mengingatkan teman kantornya untuk sholat malah ia
mendapat perlakukan tidak menyenangkan.
Mengingat saya mengetahui teman saya tersebut dari kecil maka ketika ia mendapatkan judgment “kamu kurang iman” membuat saya juga ikut kesal. Sehingga kami terus berbincang dan diketahuilah teman saya ini mempunyai trauma akan hubungan pertemanan, ia pernah dituduh sahabatnya sendiri sebagai pencuri sehingga perlakuan buruk oranglain setiap hati ia dapatkan sampai-sampai ia dituntut untuk mengembalikan uang jutaan yang tidak ia ambil dan akan segera dikeluarkan dari sekolah.
Alhamdulillahnya sebelum hal itu terjadi ternyata orang yang mengambil uang tesebut
adalah sahabat teman saya sendiri. Kejadian itu membuat ia trauma akan hubungan
pertemanan dan kesulitan untuk mempercayai prang lain, ia juga mengalami
runtuhnya self-esteem karena pihak sekolah meminta agar urusan tersebut
tak diperpajang tanpa meminta maaf kepada teman saya, sehingga banyak orang
lain yang masih mengira bahwa teman saya adalah pencuri dan masih mengalami
perlakuan yang tidak menyenangkan dari oranglain.
Ketika mendenar
cerita itu, saya hanya bisa bergumam “Ketika kamu sakit gigi maka kamu pergi ke
dokter gigi, ketika kamu mengalami sakit karena usus buntu maka kamu akan
mendapatkan treatament berupa operasi, ketika kamu sakit kepala maka
kamu meminum obat tapi jika kamu mengalami trauma maka kamu mengalami iman yang
lemah?”
4 Komentar
Heuheu, memang iya, mental health jadi issue millenial saat ini. Tapi kebanyakan dari mereka kurang bisa menerima penyebab dari down-nya mental mereka tsb. Dalam hal ini, mungkin dibutuhkan cara yang halus tanpa menyakiti hatinya dan membantunya untuk mengembalikan dia di iman yang utuh.
BalasHapusMakasih udah bahas ini, Kak, jadi dapat pengetahuan baru. 🤍
Insightful essay kaa, keep up the good work
BalasHapussepanjang pandemi, kesehatan mental memang sedang in mbak. kenyataan, isu ini memang kerab kita temukan disekitar dan penting untuk diketahui masyarakat secara luas
BalasHapusKesehatan mental mmg opini yg sedang naik daun, apalagi di masa pandemi. Thanks for sharing,kak.
BalasHapus